Home Seni Budaya HSBI Selenggarakan Diskusi Masa Depan Kebudayaan Islam

HSBI Selenggarakan Diskusi Masa Depan Kebudayaan Islam

Gagas Festival Sastra Muslim Internasional

276
0
SHARE
HSBI Selenggarakan Diskusi Masa Depan Kebudayaan Islam

Keterangan Gambar : Wakil Sekretaris HSBI Budi Sumarno (kiri) dan Wakil Ketua Bidang Sastra Putra Gara (foto gar)

Jakarta, parahyangan-post.com- Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) menyelenggarakan  diskusi budaya dengan tema Masa Depan Seni Islam bersama Wakil Sekretaris HSBI Budi Sumarno dan Wakil Ketua Bidang Sastra Putra Gara, Sabtu (25/11/2025).

Acara yang berlangsung di Galeri Darmin Kopi itu mengupas bagaimana Seni Islam menjadi ruang gerak produktif yang masif. Hal itu dikemukakan Putra Gara dalam pembukaannya.

"Menggerakkan Seni Islam memang tidak mudah. Perlu kesungguhan dan niat jihad seni. Karena itulah dalam kesempatan kali ini perlu kita diskusikan lalu kita adakan kegiatan yang nyata," ungka Putra Gara, yang dikenal sebagai penulis novel-novel sejarah.

Sementara Budi Sumarno lebih banyak membahas tentang film. Sebagai praktisi film Budi memaparkan bahwa syiar Islam melalui film di era digital saat ini menjadi wadah yang harus dilakukan.

"Dakwah tidak harus secara ferbal, tetapi bisa dilakukan melalui film. Pesan-pesan universal bisa disisipkan melalui film tersebut," kata Budi.

Lebih jauh Budi menambahkan, bahwa saat ini HSBI melalui Kementrian Kebudayaan tengah melakukan kegiatan Santri Film Festival (Saffest) 2025.

"Melalui Sanffest ini kita ingin mengedukasi para santri agar bergerak secara kreatif mengabarkan nilai-nilai Islam melalui film," terang Budi lagi.

Diskusi berjalan dua arah, dimana peserta secara bergantian diminta untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya terkait Seni budaya Islam.

Secara umum para peserta menilai, bahwa seni budaya Islam seperti kurang dukungan atau kurang diminati oleh banyak orang.

"Melalui HSBI kami berharap agar Seni budaya Islam dapat tempat dan ruang, tidak hanya berkutat di ruang sempit seperti saat Ramadhan atau pengajian," ungkap Eka, peserta diskusi.

Pernyataan serupa dikemukakan Boy, peserta lainnya. Menurut Boy seni budaya Islam dianggap eksklusif, sehingga tidak membumi.

"Harus adanya gerakan bersama agar Seni budaya Islam lebih dikenal," ungkap Boy.

Acara yang berlangsung sangat hangat itu membuka cakrawala bersama, bahwa untuk memajukan seni budaya Islam tidak bisa personal, tetapi harus dilakukan secara komunal.

"HSBI sebagai rumah besar para pelaku seni budaya Islam, diharapkan menjadi penggerak dari kemajuan seni budaya Islam itu sendiri," kata Putra Gara.

Pada kesempatan itu juga mengemuka rencana penyelenggaraan Festival Sastra Islam Internasional. Gagasan ini sedang dimatangkan oleh Divisi Sastra HSBI yang diketuai sastrawan DR. Helfy Tiana Rosa SS.M.Hum. Sebelum acara inti, yang direncanakan akan berlangsung pada tahun 2027, diselenggarakan pula acara pendukung (road to festival).

"Salah satunya (yang terdekat) adalah menerbitkan buku kumpulan cerpen burnuansa Islami, yang akan dilaunching Februari 2026," tutur sekretaris panitia festival Ismail Lutan.***(pp/gar/aboe)