Home Opini PERAN GURU SENI LUKIS DAN PELUKIS-PERUPA DI MASYARAKAT

PERAN GURU SENI LUKIS DAN PELUKIS-PERUPA DI MASYARAKAT

Oleh: Munadi

82
0
SHARE
PERAN GURU SENI LUKIS DAN PELUKIS-PERUPA DI MASYARAKAT

Keterangan Gambar : Salah satu lukisan karya Raden Saleh yang terkenal (ist)

Apa peran para guru seni lukis, seni rupa dan apa peran para pelukis-perupa di masyarakat?

Yang menjadi ( perhatian )  dan pertanyaan untuk kita cermati, apa yang sudah berjalan dan berlangsung lama, bahkan berabad-abad adalah:

"Apakah benar melukis, menggambar, membuat patung, memajang gambar,lukisan makhluk hidup di dinding dalam rumah, di larang, diharamkan, malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah terdapat  ada gambar makhluk hidup, ancamannya masuk Neraka!?

Apakah  itu benar ?

Hadits Nabi Muhammad SAW, yang melarang ada gambar makhluk hidup:

"Sesungguhnya Malaikat tidak masuk pada rumah

 yang terdapat gambar di dalamnya" ( HR.Baihaqi ).

"Malaikat tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar makhluk bernyawa" ( HR. Bukhari no.3225, - Muslim no.2106).

Hadits Nabi SAW seperti di atas, masih sering kita dapati para guru agama di sekolah, para ustadz dipergunakan untuk berdebat dan dijadikan tameng atau genggaman ketika berdebat dan berdialog dengan para pelukis, perupa, pematung, bahkan dengan guru lukis.

Penulis sendiri  sebagai pelukis, kartunis, dan guru lukis untuk anak-anak pernah menjumpai ketika sedang mengajar pelajaran ekstrakurikuler melukis di satu sekolah swasta di darah Kita Tangerang, ada murid yang bilang, " Pak guru, kata ayah saya kalo gambar binatang, gambar orang, gambar makhluk hidup yang bernyawa tidak boleh. Gambar muka orang tidak usah ada mulut, matanya!" Kata murid saya ketika jam pelajaran Ekskul Melukis berlangsung di ruang kelas. Jawab saya, " kalo melukis orang, gambar muka orang, sebaiknya dilengkapi ada mulut, ada dua mata, hidung, dan dua telinganya. Kalo gambar muka orang tidak ada matanya, itu tidak sempurna, sesungguhnya Allah Maha Sempurna. Jadi sebaiknya kita sempurnakan gambar muka orang ada dua mata, hidung, mulut, kuping. Kita menggambar, melukis untuk belajar mengenal bentuk-bentuk ciptaan Tuhan yang ada di bumi ini penuh dengan kesempurnaan, karena Allah Maha sempurna.

Al Mushawwir = Allah Maha Pembentuk.

Dia-lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang Membentuk Rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbihlah kepada-Nya apa yang di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Alhamdulillah Qur'an, surat Al Hasyr: ayat 24 ).

Ada juga guru agama, ustadz, yang masih dengan kuat dan kencangnya, hadits Nabi SAW di atas masih dijadikan pegangan ketika berdebat atau berdialog dengan pelukis, guru lukis. Tujuannya tentu untuk mengingatkan atau memberi pandangan atau nasehat. Namun jika sudah ada kata-kata, ucapan: Haram, dilarang, ancamannya masuk neraka! Ini perlu kita sikapi dengan hati-hati, agar tidak terjadi konplik, pertengkaran, dan bisa menimbulkan kekerasan dalam bertindak. Tentu tidak semua guru agama, ustadz mempunyai sikap atau pegangan seperti guru agama yang masih kuat berpegangan pada hadits yang melarang gambar makhluk hidup.

 

Lalu kita lihat kenyataan yang terjadu di masyarakat, apakah para pelukis-perupa bekerja/berkarya tidak memberikan manfaat atau kebaikan untuk masyarakat bangsa dan negara ?

BUKTI NYATA ( SAKSI SEJARAH )

Salah satu bukti nyata yang menjadi saksi sejarah,  tokoh kenamaan pelukis Indonesia yang bernama RADEN SALEH. Pelukis Raden Saleh yang dalam karyanya di atas kanvas menggambar/melukis objek seperti binatang kuda, harimau, macan, manusia, dan juga pemandangan flora-fauna. Raden Saleh tidak bisa dibantah lagi, bahwa dia adalah pelukis yang sudah memberikan bukti, bakti, saksi atas karya lukisannya menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. Tentu kebanggan maksudnya bukan untuk disombongkan atau diagung-agungkan, atau disembah-sembah lukisan Raden Saleh. Kebanggaan disini maksudnya, bahwa putera Indonesia ada yang berhasil dalam karier pekerjaan melukis dan menjadi pewaris penting dalam sejarah seni lukis Indonesia, bahkan dunia.

KEBUN BINATANG RAGUNAN di JAKARTA

Kebun Binatang Ragunan yang ada di Jakarta Selatan, merupakan bukti nyata hasil jerih payah perjuangan dan sumbangsih Raden Saleh untuk masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.

 Asal usul Kebun Bintang Ragunan. Awal mulanya pada tahun 1864, Raden Saleh menggagas pendirian Kebun Binatang pertama di Batavia yang diberi nama "Planten en Dierentun" di Cikini ( sekarang jadi Pusat Kesenian Jakarta,Taman Ismail Marzuki/TIM - Jakarta). Dahulunya lokasi kebun Binatang yang ada di Cikini adalah

'tanah hibah' dari Raden Saleh sendiri. Setelah kemerdekaan atau setelah Indonesia merdeka, namanya di ubah atau diganti KEBUN BINATANG CIKINI pada tahun 1949.

Pada tahun 1961 Kebun Binatang Cikini dipindahkan ke Ragunan.Kemudian diresmikan sebagai TAMAN MARGASATWA RAGUNAN pada 22 Juni 1966. Naaah, dahulunya ( sebelum bernama) Kebun Binatang Cikini,  itu adalah tempat Raden Saleh memelihara binatang. Binatang-binatang yang ada di kandang luasnya di Cikini merupakan tempat Raden Saleh mengamati, merenungi, menghayati, mengolah pikir, rasa, dan karsa untuk jadi objek lukisan untuk dilukis di kanvas. Bisa jadi proses study membuat sketsa sering dilakukan Raden Saleh dari hasil mengamati, mencermati, binatang-binatang peliharaanya yang ada di Kebun Binatang Cikini.

Dari apa yang telah disumbangkan Raden Saleh kepada masyarakat, pemerintah Jakarta, ini 'merupa'kan  salah satu contoh  bukti nyata bahwa menjadi pelukis, dan bekerja melukis membawa dampak 'positif' kebaikan, keberuntungan bagi masyarakat, bangsa dan negara.

HARAM! MASUK NERAKA!

Jika tinjauan atau pandangan kita masih berkutat dan terjebak pada ( pandangan ) hadits Nabi Muhammad SAW :

"Sesungguhnya Malaikat tidak masuk pada rumah

   yang terdapat gambar di dalamnya" ( HR.Baihaqi).

"Malaikat tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar makhluk bernyawa" ( HR. Bukhari, - Muslim ).

Jika hadits di atas dan hadits yang sejenis lainnya dijadikan pegangan para guru agama atau ustadz, untuk menghakimi atau mendriskriminasi, mengkriminalisasi para pelukis, kartunis, pematung, bagai mana kemajuan bangsa bisa berjalan, bagai mana hak azasi manusia, kemerdekaan berekspresi, dan nilai luhur kemanusiaan, apakah bisa ditegakkan? Bisa jadi, kemunduran, kebodohan,  generasi anak bangsa yang akan kita dapatkan. Generasi anak bangsa yang kita harap-harapksn punya 'talenta, dedikasi tinggi seperti di contohkan Raden Saleh, pupus di tikungan jalan, mimpi 'doang' pengen jadi bangsa yang maju menuju Indonesia Emas tahun 2050. Maka seni budaya bangsa sendiri akan mundur, dan yang terjadi kita akan diserang terus ( masuknya) budaya asing, produks asing, anak bangsa sendiri tidak kreatif, tidak mandiri alias banyak pengangguran.

Sekarang. Hari ini, hadits Nabi SAW tersebut dan yang sejenisnya yang konteks-nya perlu kita pertanyakan: Elok apa tidak, jika hadits tersebut disebar-luaskan dijadikan pegangan atau patokan sebagai ajaran ( untuk meraih agama yang rahmatan Lil alamiin=Rahmat untuk semesta alam )? Sekarang jaman sudah serba maju, pemikiran dan pola pikir serta logika akal sehat mesti dihidupkan. Jangan kehilangan cahaya hati, terangi pola pikir yang sehat dan holistik.

Jika kita masih berkutat dan berpegangan pada hadits tersebut diatas dan hadits sejenisnya; yang melarang dan mengharamkan gambar makhluk bernyawa, melarang atau mengharamkan menggantung lukisan, gambar di dinding, menjadi pertanyaan bagi kita ( ? )

 Apakah kemajuan pertumbuhan-perkembangan kecerdasan visual otak kanan anak-anak kita bisa berkembang? Apakah imajinasi, intuisi, kreativitas anak bisa berkembang maksimal?

Apakah ada surat dalam kitab suci Al-Qur'an yang melarang dan mengharamkan membuat patung, gambar, lukisan ( kartun, komik, animasi), gambar makhluk bernyawa? Atau adakah ayat dalam Al-Quran yang berisi larangan menggambar, melukis, membuat patung?

Gambar, lukisan, patung, kartun, komik, animasi hanya merupakan alat atau media untuk para seniman lukis, patung, kartunis, berekspresi untuk menyampaikan pesan ( isi pikiran, ide, gagasan, pemikiran, renungan,...) sebagai alat atau media untuk berkomunikasi kepada orang lain atau masyarakat melalui karya visual ( 2D, 3D, 4D, Dan yang lainnya). Dan karya seni lukis, seni gambar, seni patung, merupakan hasil olah rasa, karsa, karya manusia sebagai tanda syukur pada Tuhan yang menganugerahkan otak, hati, pikiran, raga untuk diberdayakan agar bisa merasakan hidup lebih bermakna dan pada akhirnya bersyukur pada Tuhan.

Malah justru kebaikannya, dalam kitab Suci Al-Quran, surat Saba' - ayat: 13

memberitakan kisah Nabi Sulaiman AS:

Mereka ( jin-jin itu ) membuatkan untuk Sulaiman apa-apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung, piring-piring besar seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap ( ditempatnya). Bekerjalah hai keluarga Daud sebagai tanda syukur ( kepada Allah ). Dan sedikit di antara hamba-Ku yang bersyukur.( Surat Saba' ayat: 13 ).

( catatan: Munadi Hp/ pelukis, kartunis, guru lukis anak-anak),

  Tangerang,17-11-2025

Video Terkait: