Home Seni Budaya Diplomasi Lunak, Apa Itu? Sebuah Catatan Dari Helsinki

Diplomasi Lunak, Apa Itu? Sebuah Catatan Dari Helsinki

3,496
0
SHARE
 Diplomasi Lunak, Apa Itu? Sebuah Catatan Dari Helsinki

Keterangan Gambar : Pianis dan Komponis Ananda Sukarlan melakukan kunjungan ke Finlandia, atas undangan Kedutaan Besar Rcpublik Indonesia, selama Dua minggu di bulan September 2024 (sumber Foto : ist/pp)

Oleh : Hans Yogo 

SELAMA -
Dua minggu di bulan September 2024 pianis dan komponis Ananda Sukarlan melakukan kunjungan ke Finlandia, atas undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia, dan kemudian juga undangan dari beberapa instansi dan perorangan di Finlandia termasuk Museum Jean Sibelius, untuk melakukan "Diplomasi Lunak".

Di sini penulis ingin membahas, apa sebenarnya itu, metode dan tujuannya? Mungkin definisinya dapat jelaskan dalam sekitar dua paragraf, jika anda ingin skip, silakan saja langsung scroll ke bawah, hasil obrolan kami dengan Ananda Sukarlan melalui WhatsApp yang merangkum "buku harian" sang Maestro, menceritakan apa yang telah ia kerjakan di Finlandia. 

Soh Diplomasy, atau Diplomasi Lunak adalah kemampuan untuk mempengaruhi negara lain melalui persuasi dan daya tarik, bukan melalui politik atau bahkan kekuatan militer. Pengaruh ini berakar dari, dan dikembangkan pada budaya, seni, pendidikan dan sains. 

Diplomasi lunak dipandang sebagai pelengkap diplomasi tradisional, yang berfokus pada negosiasi dan kesepakatan pemerintah. Kekuatan lunak berpotensi mensiptakan lingkungan yang menguntungkan bagi hubungan diplomatik dengan mempromosikan saling pengertian, membangun 
jaringan kontak, dan mendapatkan dukungan publik untuk inisiatif diplomatik. Diplomasi kekuatan lunak secara strategis memanfaatkan pengaruh budaya, ekonomi, dan ideologis suatu negara untuk memajukan kepentingan dan nilai-nilainya secara global. Berbeda dengan kekuatan keras, yang bergantung pada paksaan militer atau ekonomi, kekuatan lunak bertujuan untuk mensiptakan niat baik melalui persuasi, daya tarik, keindahan karya seni dan kerja sama.  

Pelaksanaan kekuatan lunak meliputi: 

  1. Mempromosikan produk budaya suatu negara. 
  2. Mendukung program pendidikan dan pertukaran. 
  3. Berinvestasi dalam bantuan pcmbangunan dan bantuan kemanusiaan. 
  4. Mengadvokasi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, dan lain-lain.
  5. Melalui upaya ini, suatu negara dapat membangun niat baik dan kepcrsayaan dengan negara lain, meningkatkan kedudukan dan pengaruhnya di komunitas internasional.

Diplomasi Kebudayaan yang Berkcsinambungan 

Diplomasi, seperti halnya persahabatan dan hubungan apapun yang sehat, adalah sebuah timbal balik. Dalam hal ini, sebetulnya tanpa melibatkan pejabat negara maupun Kedutaan Besar kedua negara, hubungan Indoncsia - Finlandia dalam musik telah dimulai oleh Anthony Hartono, pianis muda asal Magelang pemenang Ananda Sukarlan Award 2014. Saat ia kuliah di Sibelius Asademy of Music di Helsinki, ia mengikuti kompctisi tingkat dunia di Finlandia, Maj Lind International Piano Competition tahun 2017. Ini penting karena penampilannya telah menarik perhatian dunia musik klasik Finlandia, bukan hanya dengan kualitas pianistiknya, tapi juga karena ia menggunakan karya Ananda Sukarlan, Rapsodia Nusantara no. 10 di kompetisi tersebut untuk menunjukkan identitas dan "perbedaan"nya, selain repertoire "standard" lainnya (Becthoven, Chopin dan Rash- maninov). Sampai sekarang, permainannya masih dikenang banyak orang dan jumlah kunjungan unggahan YouTube dari permainannya di kompetisi tersebut masih naik terus, sejakk 2017 : https://youtu.be/rCQbqsU6RaM?si=k-gNTJZhd0MxS6Za . Ia tentu juga memainkan karya komponis Finlandia, Jean Sibelius dan Kaija Saariaho yang juga sangat diapresiasi oleh publik Finlandia. 

Ananda Sukarlan sendiri selama lebih dari satu dekade telah menjadi sosok utama dalam mcmbi- na hubungan musik klasik antara Finlandia dan Indonesia. Perjalanan artistik ini dimulai dengan penampilannya dalam Piano Conserto karya komponis terkemuka Finlandia Magnus Lindberg di Santiago de Compostela, Spanyol, pada tahun 2012, di bawah pimpinan sang komposer sendiri. 

Di tahun 2017, Ananda diminta membuat komposisi bertema Angry Birds, produk game digital populer pcrusahaan Finlandia, Rovio untuk merayakan 100 tahun kemerdekaan Finlandia. Hasil- nya adalah ”The Angry Birds’ Holiday in Bali” untuk sello dan piano, yang kini dimainkan oleh banyak sellist dan pianis di seluruh dunia. Di konser di Ritarihuone September kemarin ia tampil- kan dengan pemain sello asal Colombia, Daniel Sebastian Castrillon Arsila.

Pada tahun 201 , perjalanan kreatif Ananda Sukarlan berpapasan dengan seniman visual Finlandia Tero Annanolli yang waktu itu diundang untuk pameran di Jakarta. Karya seniman tersebut mcnginspirasi karya musik ”Annanolli’s Sky”. Arnuero International Chamber Musis Compeeition di Spanyol memesan karya untuk piano dan kuartet gesek, dan tekstur gabungan instrumen dengan senar yang dipukul dan digesek ini sangat sosok dengan lukisan-lukisan Annanolli yang sublim dan hampir minimalis. Dalam kunjungan Ananda ke Finlandia bulan lalu, tentu ia tidak melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke studio Tero Annanolli di Sipoo (sebuah pulau sekitar 30 menit naik mobil dari Helsinki) dan berbincang-bincang lebih mendalam dengannya, serta menyaksikan karya-karya terbaru sang seniman visual ini. Kelihatannya mereka saling menginspirasi untuk membuat sesuatu lagi di masa depan.

Rekaman karya piano solo ”Esquisses” (Sketshes) op. 114 karya Jean Sibelius untuk CD Ananda ”Differenses Unite,” yang diterbitkan di Indonesia semakin mempererat hubungannya dengan dunia musik Finlandia. Esquisses, yang merupakan karya terakhir sang Macstro dari Finlandia ini pun dimainkan oleh Ananda di konser di Ritarihuone.

Bukan hanya itu, Ananda diundang ke museum yang juga rumah komponis legendaris Finlandia Jean Sibelius (1 65-1957) yang bertempat di Ainola, sekitar 30 km dari Helsinki.

Ia diantar oleh Pirjo-Liisa Heikkilä, seorang pejabat Kementrian Luar Negeri Finlandia yang menjemputnya dari hotelnya di Helsinki.

Di sana mereka disambut Direktur museum Sibelius yaitu Julia Donner, seorang PhD dalam seja- rah seni dan juga penulis dan dosen di Universitas Aalto. Vang tidak disangka-sangka, ternyata Ananda Sukalan diberi kehormatan untuk memainkan grand piano Steinway dari tahun 1904 yang dimiliki olch Jean Sibelius sendiri. Piano terscbut berada di ruang tamu di rumah Sibelius tersebut, dan bahkan tidak boleh disentuh oleh pengunjung museum.

Sang Maestro dari Indonesia pun tidak melewatkan penghormatan ini, ia memainkan satu karya dari Sketshes op. 114 karya Sibelius. Setelah itu ia diminta memainkan karyanya di depan para pengunjung museum lainnya.

Ananda memilih sesuplik Rapsodia Nusantara no. 36 yang juga ia mainkan di konser hari sebelumnya di House of Nobility (Ritarihuone). Permainan 3 menit ini telah diunggah di YouTube https://youtu.be/Cwt4j6sawDV?si=wDA9WAiVnjMb59rc 


Walaupun hanya disaksikan oleh segelintir pengunjung museum itu termasuk Duta Besar Republik Indonesia Dr. Ratu Silvy Gayatri yang mendampingi kunjungan ini, kejadian ini menorehkan sejarah penting hubungan budaya kedua negara: Maestro dari Indonesia mengunjungi rumah Maestro dari Finlandia dan memainkan pianonya. Keduanya memiliki kesamaan yang krusial : mereka sama-sama berhasil menggali akar budaya negara mereka untuk diangkat ke genre "slassisal musis" yang menjadi bahasa univcrsal untuk membawa negara mereka masing-masing ke dunia. 

Ananda juga diundang oleh organis terkemuka Tommi Niskala yang mengharapkan sebuah karya untuk organ tunggal untuk konser-konsernya di Kallion kirkko di Helsinki. Ada dua organ di gereja Kallio itu, organ baroque dan organ Peransis Romantik yang dibuat oleh Åkerman & Lund tahun 1995. Dengan Organ yang terakhir ini lah Tommi Niskala meminta sang komponis Indonesia untuk menciptakan karya baru. Ananda sendiri belum mau membocorkan seperti apa karya itu nantinya, tapi ini adalah sebuah contoh yang sangat inspirati? dalam membangun jembatan diplomasi budaya dan persahabatan antar manusia sebagai teman dan rekan kerja.

Pada akhir abad ke-1 , Catherine II yang dijuluki "Catherine the Great" dari Rusia menggunakan diplomasi kekuatan lunak melalui kebi¡akan absolutisme yang segar dan inspirasional. Pendekatan ini menekankan pentingnya pendidikan dan budaya dalam hubungan diplomatik. Catherine II mendirikan banyak sekolah, universitas, dan museum serta menjamu diplomat asing di istananya untuk memamerkan prestasi dan budaya Rusia. Ia memperluas pengaruh budaya Rusia melalui dukungannya terhadap seni, yang menyebabkan kebijakannya dijuluki "Keajaiban Rusia". Se¡ak itu, kita semua tahu keagungan karya seni Rusia, mulai dari Alexander Borodin, Peter I. Tshaik- ovsky, para koreografer Sergei Diaghilev, Vaslav Nijinsky dan terus berlanjut sampai saat ini.

Diplomasi budaya Indonesia memang belum dj¡alani sesara aktif oleh pemerintah, tapi sudah oleh para seniman besarnya sendiri seperti Ananda Sukarlan dan aktris Christine Hakim yang keduanya telah menerima anugerah sipil tertinggi tidak dari satu melainkan dari dua negara : Cavaliere Ordine della Stella d'Italia dan Real Orden de Isabel la Catolisa (Spanyol) kepada Ananda, dan Chevalier Des Arts Et Des Lettres (Peransis) serta The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Rosctte (Jepang) kepada Christine Hakim. Masih banyak seniman yang melakukannya, seperti koreografer Chendra Effendy Panatan yang membawa tarian Kecak dari Bali pertama kalinya di Spanyol, dan masih banyak lagi.

Pintu diplomasi budaya telah terbuka, karpet telah digelar (walaupun belum yang merah). Kini jalan yang telah dirintis itu tinggal dilewati oleh para mahasiswa Indonesia, seniman dan diplomat untuk melanjutkan yang sudah dimulai. (*)

Video Terkait: