Home Profil Wawancara dengan Ananda Sukarlan sebagai Composer In Residence di Sydney

Wawancara dengan Ananda Sukarlan sebagai Composer In Residence di Sydney

808
0
SHARE
Wawancara dengan Ananda Sukarlan sebagai Composer In Residence di Sydney

Keterangan Gambar : Ananda Sukarlan bersama Rupert Johnstone, Kepala Bidang Relasi Internasional AIM, di depan Sydney Opera House (sumber foto : ist/HY/pp)

Di akhir bulan Juli 2025, pianis & komponis Ananda Sukarlan berada di Sydney, Australia. la diundang menjadi ”Composer in Residence” di Australian lnstitute of Music (AlM), salah satu institut musik prestisius di Australia yang kampusnya ada di Sydney (terutama untuk departemen musik klasik) dan Melbourne (untuk musik kontemporer seperti jazz, pop dll.).

Sesaat sebelum ia terbang kembali ke Jakarta, kontributor Parahyangan Post berkesempatan untuk berbincang dengan sang komponis yang telah disebut oleh harian Sydney Morning Herald sebagai ”one of the world's leading pianists, at the forefront of championing new piano music” ini melalui WhatsApp. 


Hubungan Ananda Sukarlan dengan dunia musik Australia sudah sangat erat sejak awal tahun 2000-an. Berbagai komponis Australia telah menuliskan karya khusus untuknya sebagai pianis handal, antara lain Peter Sculthorpe, Elena Kats-Chernin, Betty Beath dan Barry Conyngham, dan Ananda telah memainkan karya-karya tersebut di berbagai negara Eropa.  

Berikut hasil wawancara kontributor kita Hans Yogo dengan Ananda Sukarlan : 

Hans Yogo (HY) : Bagaimana mekanisme program Composer in Residence ini? 

Ananda Sukarlan (AS) : Tugas saya adalah membimbing para mahasiswa AlM dalam mempelajari musik saya selama seminggu, kemudian di akhir masa kerja saya mereka akan memberikan konser untuk publik untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dari saya. Sebetulnya korespondensi dengan para dosen dan mahasiswa sudah dilakukan sejak minggu sebelumnya melalui zoom dan Google Meet, sehingga para mahasiswa itu sudah dibimbing dalam pemahaman dan teknik bermain musik saya. lni berguna untuk mereka karena di masa depan mereka akan menggunakan musik saya untuk konser atau mengikuti kompetisi, yang akan sangat menentukan karena mereka bisa menun- jukkan keterlibatan mereka dalam kreasi musik klasik aktual, serta tidak melulu memainkan karya klasik yang "itu-itu saja" seperti Sonata Beethoven, Mozart dll. 

Proyek Composer in Residence ini memang sudah dibicarakan ke saya oleh Rupert Johnstone, kepala bagian relasi internasional AlM, sejak akhir tahun lalu. Setelah saya menyetujuinya, menentukan periode program dan mengkonkretkan beberapa detailnya, proyek ini diumumkan kepada para mahasiswa yang menyambutnya dengan sangat antusias, karena ini berarti mereka akan mempelajari, menganalisa dan melatih untuk memainkan musik langsung dari komponisnya. 

Beberapa mahasiswa AlM juga kemudian mengutarakan minatnya untuk bikin skripsi dan tugas akhirnya dengan penelitian tentang musikku. lni juga difasilitasi oleh AlM saat kunjungan saya, dengan memberi kesempatan bicara empat mata dengan saya sesuai dengan penelitian mereka. 

HY : Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan musik di Australian Institute of Music?

AS : AlM itu sebetulnya "aku banget". Saya tuh selalu berpendapat bahwa pendidikan musik itu bukan hanya untuk mencetak musisi yang tekniknya tinggi, tapi harus jadi manusia seutuhnya : bagaimana ia menjadi bagian dari masyarakat, apa kontribusinya, juga mengerti fungsi musik sebagai bagian dari diplomasi lunak. Nah AlM itu lebih jauh lagi: setiap mahasiswa itu harus mengerti soal manajemen musik dan juga penggunaan teknologi paling canggih untuk memproduksi musik. Yang terakhir itu saya tidak pernah belajar, biasanya saya selalu membayar seorang sound engineer yang kemudian mengerjakan apa yang saya inginkan. Jadi pendidikan musik di AlM itu utuh dan menyeluruh, yang jarang sih ada di berbagai institusi pendidikan musik lainnya yang biasanya lebih konservatif terutama di musik klasiknya. 

AlM itu sangat menarik mahasiswa internasional, terutama dari benua Asia. Dari mereka yang tampil di konser penutupan program Composer in Residence saya, dari 20-an orang saja ada 5 mahasiswa / alumni lndonesia. Hari pertama saat saya masuk kelas untuk memberi kuliah pertama saya, sambil mengucapkan "Good morning" saya menatap mereka satu-satu, dan hampir tidak ada orang bulenya! Saya bilang deh, "Wow, ini kelas internasional banget ya, boleh dong perkenalkan kalian satu-satu, nama dan dari negara mana" dan jawabannya adalah: "Cina, Korea, Taiwan, Hongkong dan lndone- sia" selain tentu ada siswa Australia --ada yang notabene orangtuanya adalah imigran dari lnggris--. 


HY : Jadi bukan hanya mahasiswa Australia saja kah yang menjadi peserta program ini, dan tampil di konser ini?

AS : Para mahasiswa dan alumni AlM yang tampil kemarin adalah pemain biola Aurell Marcella Felicia, Nasya Lilananda (lndonesia) dan Meiyi Song, soprano Nayatomo Wahono (lndonesia) dan Ailing Huang yang menyanyikan dua tembang puitik saya berdasarkan puisi Emily Dickinson, pianis Harry Ying Tai yang sepertinya paling mengesankan penonton karena memainkan karya yang paling virtu- osik malam itu, yaitu Rapsodia Nusantara no. 30 berdasarkan lagu Binde Biluhuta dari Gorontalo, Novita Jap dan Celine Tannia Projogo (keduanya dari lndonesia) dan Shoshana Cabusi. Selain itu ada beberapa grup musik seperti kuartet gesek dan ensemble. Beberapa karya saya belum pernah dimainkan di Australia sebelumnya, seperti Virtuosic Variations on "lnjit-injit Semut" untuk biola dan piano, berdasarkan sebuah lagu daerah Jambi. Nah, hampir tidak ada orang Australia-nya sendiri kan yang bermain sebagai solois? Bahkan saya bangga ada beberapa mahasiswa lndonesia yang keren banget.  

Selain Rupert Johnstone sebagai penggagas, saya sangat kagum dengan hasil kerja para dosen dari departemen musik klasik Dr. Philip Eames dan juga Julian Gough yang telah mempersiapkan para mahasiswa untuk kedatangan saya. Juga para alumni lndonesia, Novita Jap dan Aurell Marcella yang karena memang sudah sangat familiar dengan musik saya, membimbing "adik-adiknya" sebelum saya datang. 


HY : Apakah kerjasama ini akan terus berlanjut?

AS : Oh ya tentu saja karena ini sangat menguntungkan banyak pihak, bahkan negara. Mungkin tidak selalu dalam bentuk composer in residence. AlM sejak tahun 2025 ini memberi beasiswa kepada dua pemenang Ananda Sukarlan Award 2025 yang baru berakhir 13 Juli lalu. Beasiswa dari AlM itu adalah untuk untuk studi S1 (Bachelor of Music) atau S2 (Master of Music). Pemenang pertama mendapatkan $7500.00 (AUD) jatuh kepada pianis Victor Clementius Ditra, dan pemenang kedua $5000.00 (AUD) jatuh kepada soprano Ratnaganadi Paramita. Kami tentu akan berjalan bersama untuk membimbing putra-putri lndonesia mendapatkan pendidikan musik yang seutuhnya, bukan hanya soal ketrampi- lan dan teknik semata, serta memperkenalkan para mahasiswa musik dari berbagai negara yang sedang kuliah di AlM mendalami musik dan budaya lndonesia. 

(Kontributor : Hans Yogo/PP)