JAKARTA - www.parahyangan-post.com - 28.02.23 Pemuda Organisasi Kerjasama Islam Indonesia (OIC Youth Indonesia) dan Indonesia NYC dengan dukungan Eurasian Regional Center (ICYF-ERC) pada hari Senin, 27 Februari 2023 menyelenggarakan acara “Recognize to Reconcile: Perspektif Hubungan Internasional dan Hukum” acara peringatan yang didedikasikan untuk peringatan 31 tahun pembantaian Khojaly.
Acara berlangsung di Aula Buya Hamka Masjid Raya Al-Azhar Jakarta dengan diikuti oleh sekitar 120 sivitas akademika, dosen, dan mahasiswa. Upacara Pembukaan dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran.
Presiden OKI Youth Organization of Indonesia Ibu Astrid Nadiya Rizqita, Plt Dirjen ICYF-ERC Vusal Gurbanov (online), serta Wakil Presiden ICYF dan Indonesia NYC Tantan Taufiq Lubis menyampaikan pidato tentang acara yang didedikasikan untuk pengakuan internasional atas tragedi Khojaly di dunia. Pembicara juga menyebutkan bahwa pemuda Indonesia menyuarakan kebenaran Karabakh di kawasan Asia Tenggara dan selalu membela posisi Azerbaijan yang adil.
Selanjutnya, Duta Besar Republik Azerbaijan untuk Republik Indonesia, Jalal Mirzayev, menyampaikan pidatonya sebagai keynote speaker dan memberikan informasi sejarah tragedi Khojaly, menyebut kejadian ini sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan” yang dilakukan pada abad ke-20, mencatat bahwa impunitas mengarah pada kejahatan internasional jenis ini, dan menekankan pentingnya membawa para pelaku genosida Khojaly ke pengadilan.
Pembicara sesi panel yang dimoderatori oleh Ibu Sururoh Uthman dari Santri Diplomacy Academy, yakni Ketua Komisi Hubungan Internasional dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia, Bapak Dubes Bunyan Saptomo, dosen Kajian Global Strategis Universitas Indonesia Dr. Sya'roni Rofi'i, Direktur Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas Feri Amsari S.H. M.H. LL.M, dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia Dr. Yusup Hidayat S.Ag, M.H. Panel dilakukan dalam perspektif hubungan internasional, OKI, Hukum Internasional dan Humaniter, dan amanat konstitusi Indonesia untuk mengambil bagian dalam perdamaian dunia. Dalam pidato dan diskusi mereka mencatat pentingnya pengakuan tragedi Khojaly sebagai genosida oleh masyarakat dunia dalam skala yang lebih besar.
Para peserta membacakan doa untuk para korban Khojaly, serta digelar juga pameran foto yang menggambarkan tragedi tersebut, dan menonton film dokumenter pendek dalam rangka acara peringatan Khojaly.
(rn/pp)
LEAVE A REPLY