Oleh: H. J. FAISAL *)
Malam itu, Al Fatih merasa sangat gundah gulana. Beberapa kali sudah sang penakluk itu mencoba untuk menembus benteng pertahanan kerajaan Romawi Timur di wilayah Konstantinopel, tetapi selalu gagal. Teknik konfrontasi langsung lewat laut, ternyata bukanlah strategi yang jitu untuk menjebol pertahanan Konstantinopel dan pasukannya di bawah kepemimpinan kaisar Kontantinus XI tersebut.
Para pasukan Al Fatih pun merasa putus asa dengan kegagalan-kegagalan tersebut. Mereka juga sangat tersiksa melihat keadaan sultan mereka yang terlihat sangat resah.
Akhirnya, setelah mengakhiri rasa frustasinya, Al Fatih pun mulai membuka diri dan membuka pemikirannya kembali. Sang sultan itupun akhirnya berdiskusi dengan guru tercintanya, Syeikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah. Al Fatih pun meminta saran dari guru besarnya tersebut. Dari hasil diskusi mereka, akhirnya Allah Ta’alla membukakan jalan pemikiran kepada Al Fatih.
Al Fatih mendapatkan ide untuk masuk ke wilayah Konstantinopel melalui daratan dan perbukitan di sekitar selat Bosphorus.
Akhirnya pada tanggal 22 April 1453, Al Fatih mengambil keputusan untuk menarik kapal perangnya ke darat, menaiki bukit di sekitar koloni Genova di Galata, agar bisa masuk ke Selat Golden Horn, dan langsung menuju pantai utara Tanduk Emas.
Delapan puluh kapal diangkat dari Bosphorus setelah membuka rute, kurang lebih dua kilometer dengan kayu. Konstantinopel pun akhirnya menjadi terkepung, sehingga pasukan Romawi Timur tersebut tidak bisa bergerak keluar wilayah mereka.
Akhirnya, karena persediaan makanan mereka menipis, obat-obatan menjadi langka, dan kebutuhan hidup dasar lainnya pun tidak terpenuhi, maka mereka pun menyerah di bawah kepungan pasukan Al Fatih.
Setelah sekitar hampir dua bulan kemudian, Konstantinopel pun akhirnya berhasil ditaklukan pihak Al Fatih, setelah 57 hari pengepungan.
Keputusan Al Fatih untuk berani melakukan strategi yang berbeda, akhirnya membuahkan hasil yang berbeda pula. Seandainya saja Al Fatih tidak merubah strateginya untuk menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel pada saat itu, maka dapat dipastikan hasil yang akan diterima Al Fatih dan pasukannya tidak akan berubah, yaitu kegagalan.
Keputusan Al Fatih untuk melakukan hal yang berbeda dan tampak mustahil bagi kebanyakan orang.memang terlihat sangat mustahil. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah Ta’alla untuk memberikan hasil yang kelihatannya mustahil kepada hamba-Nya yang cerdas, mau berfikir sedikit lebih keras, dan mampu menggunakan akal dan nalarnya.
Itulah mengapa 826 tahun sebelumnya, Rasulullah ‘Alaihi wassalam mengatakan bahwa Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. (HR Ahmad).
Maka, jika kita ingin pribadi kita, keluarga kita, organisasi kita, bahkan Negara kita mendapatkan hasil yang berbeda yang pastinya menjadi lebih baik, maka jangan pernah kita melakukannya dengan cara yang sama.
Kita harus mencari dan menggunakan cara yang berbeda, yang pastinya jauh lebih baik, jika kita ingin mendapatkan hasil yang berbeda dan lebih baik pula.
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 20 Januari 2022
*) Penulis adalah Pemerhati Pendidikan/ Doktoral Pascasarjana UIKA, Bogor/ Anggota Majelis Pendidikan Pengurus Besar (PB) Al Washliyah.
LEAVE A REPLY