Home Seni Budaya Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

438
0
SHARE
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Katarsis

"Tuhan, jikalau watak-Mu jahat, beri kami emansipasi abadi. Bahwasanya, kami terabak menadah matahari. Melahir tiap-tiap keguncangan hidup tak berarti, kepada semua manusia yang singgah di bumi mati."

Barangkali ini adalah sisa-sisa hidupku yang terasing di alam kabir. Semua yang telah di renggut paksa oleh seantero lingkungan alam, Telah mati berkalang tanah di alam sendiri.

Barangkali hidup selalu memikirkan hal-hal yang berlainan. Semakin beramuk dan tumpul. Masalah tajam atau tidaknya, menjadi utusan orang asing.

Barangkali aku selalu ingin tahu mana yang sebenar-benarnya 'kebenaran'. Karena sedikit saja kesalahan pada tulisan ini, aku harap mereka mengerti dengan mustahilnya kehidupan yang ia jalani.

Barangkali doa-doa dan dosa waris yang manusia tangisi di setiap ibadat-nya maupun yang tidak diinginkan selama ini, aku harap semua tidak beralih arah ke kiri dan ke kanan. Karena hakikatnya, semua akan kembali ke jalan yang lurus.

2024

Budak Tuhan

Kami rela setiap saat menjadi budak dunia yang selalu kau perintahkan dan kau berikan peringatan jika kami silaf dalam mencurangi sebuah pencaharian.

Kami ikhlas menjadi budak, hanya untuk mendapat sebuah upah berupa pahala-pahalamu.

Kami sadar untuk sebisa mungkin melawan mahluk-mahluk asing yang mengganggu di setiap kenisbian.

Kami jalani semua itu, setiap khusyuk.

Sakramental-Mu.

Dengan keadaan dibawah alas sujud-Mu.

Di hadapan dinding,

Lingkungan alam; hutan-hutan, sungai, udara,

di ruang-ruang yang hampa,

di keabadian yang nyata,

Kami selalu terbayang-bayang dengan

Janji-janji sucimu yang kita harapkan.

Menangis sepanjang malam..

Menangis untuk kebajikan..

Abadi dan terselamatkan dari dunia singgasana.

Memohon harapan.

Jiwa-raga yang sehat.

Pikiran-pikiran yang khidmat.

Hingga menjadi manusia-unggul di dalam kehidupan.

Menggapai keharmonisan, keserasian, keselarasan,

Dengan Tuhan yang sering terabaikan.

2024

Apologia Untuk Tuhan

Tuhan. sekiranya aku belajar

Dari jalanan, hutan

Sungai,  gunung, laut, danau

Hingga quasar-Mu.

Sebab ciptaan-Mu lebih berfungsi

Daripada hambamu yang bermalas-malasan kini.

2024

Mengikhtisarkan Kehidupan

Pagi ini aku hanya ingin merinding dan merenung.

Ada beribu-ribu makna di depan sana; terlihat luka kehidupan meringis dari sinar pucat pagi yang tidak punya matahari.

Aku datang perlahan dengan melepas perpisahan yang masih tertahan. Lalu sajakku menjadi hidup dalam kebuasan lain.

Sementara kematian menjadi tidur paling nyenyak untuk sementara waktu — memastikan untuk tidak lupa bahwa dalam mimpi hanya satu hal yang paling aku ingat; aku harus segera bangun untuk menyimpulkan hidup di setiap perjalanan.

Karena semua hal adalah hal lain; asing.

Kepura-puraan yang tidak bernama, dan sekarang aku memilih berdiam dengan diri sendiri.

Barangkali di setiap keinginan manusia, ada waktu murung yang panjang. Maka aku berdoa, semoga ketidakberdayaan manusia bisa sungguh mencintai ketidakberdayaan yang lain.

Hidup sungguh menyentuh yang rapuh dan aku ingin bangun dari keterpurukan manusia-manusia yang lemah karena keluhan, aku ingin senyumku terlepas dan bisa menyelesaikan hidup tanpa tergesa-gesa.

Aku percaya; dalam gemetar jiwa

Tuhan menyeru untuk kembali

Lewat puisi; kutaruhkan hidupku

Untuk mengingat dan berkontemplasi.

2024
------------------------------------------------------------------ 
Tentang Saya : 

Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998. Menulis puisi sejak 2018. Pernah merambah penulisan prosa-liris dan artikel seni budaya. Karya-karyanya pernah tersebar di beberapa media online maupun majalah digital seperti Media Indonesia, BeritaSatu, Suara Merdeka, Borobudur Writers & Cultural Festival, Tatkala.co, Bali Politika, Omong-Omong Media, Sumsel Update, Penerbit Langgam Pustaka, Kurungbuka.com, Sudut Kantin Project, Halimun Salaka, Laman Riau, Madura Pers, Betawi Pos, Penerbit Pustaka Ekspresi, Nolesa.com, Redaksi Marewai, Redaksi Ngewiyak, Biem.co, The Papua Journal, Riau Sastra, Metafor.id, VoxNTT, OmpiOmpi.com, Butol Post, Dermaga Sastra, dan Poros Timur.

Buku antologi pertamanya bertajuk “LIKE” merupakan puisi-puisi pilihan Bali Politika tahun 2024 yang diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi serta dua sajaknya berjudul Pasar Rakyat & Putus! pernah dimuat Majalah Elipsis.

Kini, bergiat dan berkarya di Kota Balikpapan. Bisa disapa melalui Instagram: @rifqiseptiandewantara