
Keterangan Gambar : Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Jakarta menggelar Dialog Interaktif Pelajar Nasionalis bertajuk “Pelajar Nasionalis: Tolak Radikalisme, Tolak Terorisme” pada Jumat (31/10) pukul 15.30–17.30 WIB di Digra Coffee, Jakarta.
JAKARTA II Parahyangan Post - Dalam rangka menyemarakkan Sidang Dewan Pleno Wilayah (SDPW) 2025 yang mengusung tema “Menata Gerak Pelajar, Menuju Indonesia Emas”, Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Jakarta menggelar Dialog Interaktif Pelajar Nasionalis bertajuk “Pelajar Nasionalis: Tolak Radikalisme, Tolak Terorisme” pada Jumat (31/10) pukul 15.30–17.30 WIB di Digra Coffee, Jakarta.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 50 pelajar dan aktivis muda se-Jakarta Raya, serta menghadirkan tiga narasumber inspiratif: Ervin Suryono, S.H. (Sekjen Poros Intelektual Muda), Nasrullah, S.H. (Direktur NaruLaw Firm), dan Jihan Abdullah, S.Kom., M.MSI. (Ketua Umum DPP HIMA KOSGORO 1957). Acara dimoderatori oleh Rasikhul Ilmi Sulaeman (Sekretaris Umum PW PII Jakarta) dan dibuka secara resmi oleh Imaduddin Al Fanani, (Pjs.) Ketua Umum PW PII Jakarta 
Dalam sambutannya, Imaduddin Al Fanani menegaskan bahwa pelajar memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga semangat kebangsaan dan menolak ideologi yang memecah persatuan bangsa. 
“Gerak pelajar bukan hanya tentang semangat belajar, tetapi juga tentang bagaimana menjaga Indonesia dari ancaman ideologi yang menggerus nilai-nilai kebangsaan. Pelajar harus menjadi benteng moral dan intelektual bangsa,” ujarnya. 
Dalam sesi dialog, Ervin Suryono menekankan bahwa Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah wadah belajar dan berproses bagi generasi muda untuk tumbuh menjadi insan Indonesia yang utuh. 
“PII adalah tempat belajar menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Tidak harus bisa ngaji dulu atau berkerudung dulu, tapi harus mau 
Ia juga menyoroti pentingnya keluarga sebagai ruang pendidikan alternatif 
“Keluarga bisa menjadi guru dan teman diskusi. Banyak orang tua yang tidak menempuh pendidikan formal, tapi justru dari mereka kita belajar nilai kehidupan,” tambahnya. 
Sementara itu, Jihan Abdullah menggarisbawahi bahwa keluarga dan pertemanan merupakan dua lingkungan utama pembentuk ideologi pelajar. 
“Pendidikan ideologis tidak hanya datang dari sekolah, tapi juga dari keluarga dan pertemanan. Di sanalah pelajar belajar tentang politik, agama, dan nilai kehidupan,” ujarnya. 
Ia menambahkan pentingnya pelajar memahami ideologi politik dan agama secara komprehensif. 
“Politik dan agama bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk saling memperkuat dalam bingkai kebangsaan,” jelasnya. 
Sedangkan Nasrullah, S.H. menegaskan bahwa radikalisme paling dekat justru bermula dari keluarga yang kurang membuka ruang dialog. 
“Peran orang tua sangat penting dalam mencegah radikalisme sejak dini. Sering-seringlah berdialog, mendengar pandangan anak, dan memberi ruang berpikir terbuka itulah cara terbaik menangkal paham ekstrem,” tuturnya. 
Diskusi berlangsung hangat dan reflektif, memperkuat kesadaran peserta bahwa pelajar memiliki peran strategis dalam menjaga perdamaian dan keutuhan bangsa melalui penguatan nilai nasionalisme, moderasi, dan literasi kebangsaan. 
Sebagai penutup kegiatan, dilakukan pelantikan Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia (PD PII) Kota Depok periode 2025–2027, yang menjadi momentum regenerasi baru pelajar di tingkat daerah. Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah antar peserta, narasumber, dan pengurus sebagai bentuk silaturahmi dan penguatan jejaring kader pelajar se-Jakarta Raya. 
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian SDPW PW PII Jakarta 2025, yang mengusung semangat menata arah gerak pelajar agar lebih ideologis, progresif, dan kontributif menuju Indonesia Emas 2045. (Imaduddin Al Fanani /PP)
        






LEAVE A REPLY