Kolom Ismail Lutan
LALAI
Ketika Allah mengangkat derajat seseorang, Dia akan menutupi semua aib orang itu. Tetapi ketika Allah merendahkannya, maka Dia akan membuka semua aibnya,(al Quran).
Banyak orang terlena dan lupa diri saat berada di puncak kesuksesan. Dia merasa yakin bahwa apa yang ia raih adalah berkat kerja keras, kepintaran dan kecerdasannya. Ia pun menafikan bantuan dan support orang-orang terdekat yang pernah bersama-sama. Orang-orang kecil di sekelilingnya itu baginya tak bernilai, tak lebih dari seekor cacing yang menggeliat-geliut meminta simpati.
Maka tak heran, saat berada di puncak kejayaan itu dunia seakan menjadi miliknya. Bahasa iklannya, “Dunia berada dalam genggamannya.” Semua seolah-olah bisa diraih, semua seolah-olah bisa ia dapat.
Dia merasa dirinya paling hebat, menjadi pusat perhatian, semua orang kagum dan terpesona padanya. Orang-orang yang tak menghargai prestasinya dianggap bodoh dan goblok
Dia pun enggan mendengar nasehat, termasuk nasehat dari orang-orang dekatnya. Nasehat-nasehat itu baginya tak lain dan tak bukan hanyalah ungkapan basi yang akan menghambat kemajuannya. Atau sebagai sikap iri, dengki, munafik dan pengecut, yang tak suka melihat keberhasilannya.
*
Begitu hebatkan dia? Betul! Tetapi sebenarnya ia lupa satu hal. Bahwa prestasi yang ia capai itu adalah titipan Allah. Saat itu Allah sayang padanya. Dan kasih sayang Allah itu ada batas waktunya. Tidak abadi. Pesan Allah SWT dalam al-Quran, “Ketika Allah mengangkat drajat seseorang maka Allah akan menutup semua aibnya.”
Allah memberi semua yang pinta, kesuksesan, nama besar dan kekayaan . Tetapi justru di di sinilah letak kelemahan manusia. Ia cenderung lupa diri dan lalai. Saat berada di puncak itu ia takabur, sombong dan angkuh. Akhirnya Allah ambil lagi apa yang Ia beri.
Dan ketika Allah mengambilnya, Allah tak hanya sekadar mengambil tetapi juga merendahkan martabatnya. Allah akan buka semua aib dan keburukkannya.
Harus diingat, semua manusia punya aib, punya dosa, punya kelemahan. Saat Allah menempatkannya di atas, aib dan kelemahan-kelemahan itu ditutupi. Sementara ketika merendahkannya, semua aib itu dibuka. Allah membongkar dengan caranya sendiri dan tak satu pun yang bisa disembunyikan.
*
Betapa banyak orang yang jatuh dari puncak kesuksesannya seperti ini. Beberapa waktu lalu, misalnya, kita melihat ketua Dewan Republik ini yang sangat dihormati, gagah perkasa, kuat dan punya pengaruh luar biasa.
Tetapi tak lama kemudian kita menyaksikannya penghuni penjara Sukamiskin. Namanya hancur, reputasinya ambruk.
Juga belum lama ini kita melihat seorang Gubernur ganteng yang begitu jumawa, yang gebrakan-gebrakannya saat berkuasa menjadi trending di berbagai media. Tetapi apa hendak dikata, kini dia duduk sebagai pesakitan dan tak lama lagi akan menghuni hotel prodeo Sukamiskin.
Ini baru contoh kecil, banyak lagi tokoh-tokoh yang ambruk dan terkapar. Dan penyebabnya bukan saja masalah korupsi, tetapi juga masalalah-masalah kecil, masalah amoral semaam perselingkuhan, yang sebelumnya tak terduga sama sekali.
Begitulah Allah meninggikan dan merendahkan martabat seseorang. Sangat mudah bagi-Nya membolak-balik keadaan. Maka saat berada dia atas janganlah angkuh, dan saat berada di bawah janganlah putus asa.
Hanya kepada Allah lah semua yang didapat itu diserahkan dengan cara bersyukur, berterimakasih dan berdoa agar amanah yang dititipkan itu dapat langgeng dan menjadi ladang amal dunia dan akhirat.***
LEAVE A REPLY