Home Opini SUSAH NYA MENULIS JUJUR

SUSAH NYA MENULIS JUJUR

Sebuah renungan akhir Ramadhan

1,008
0
SHARE
SUSAH NYA MENULIS JUJUR

Keterangan Gambar : H. Imansyah Hakim Al Rasyid, Wartawan, Penulis dan Pengurus PJMI (foto: ist/pp)

Oleh : Imansyah Hakim Al Rasyid
(Wartawan, Penulis dan Pengurus PJMI)

 

MENJADI - Jujur itu tidak mudah, ia satu level dengan Taqwa, sementara Taqwa itu adalah wujud nyata dari keimanan yang dapat dilihat dari semua sisi perilaku manusia. Dan uniknya jujur, ia tidak muncul dalam wujud fisik amal, melainkan sebagai komponen soft kepribadian. Disamping itu ia berada di ruang khusus kepribadian. 

Jujur musykil muncul dari hati yang rusak, hati yang sakit dan apalagi hati yang mati. Jujur hanya bisa muncul dari hati yang sehat dan bersih. Jika dikaitkan dengan agama (Islam) maka jujur adalah realisasi dari seseorang yang memiliki keimanan yang kuat. Maka tidak mungkin kalangan munafiq mampu melahirkan kejujuran ini. 

Karakter jujur yang tumbuh di tengah masyarakat, menunjukkan kelas tinggi masyarakat itu, dalam istilahnya disebut dengan masyarakat madani atau civil society. Semua kita berkepentingan membentuk masyarakat yang jujur yang jika tidak, akibatnya juga akan buruk bagi masyarakat itu sendiri. 

Kepemimpinan ataupun amanah yang diambil dan dibangun tanpa kejujuran, pasti akan merugikan masyarakat yang dipimpin atau mereka yang membutuhkan dijalankannya amanah itu dengan baik. 

Berkaitan dengan itu semua ini adalah kisahku menceritakan suatu kejujuran, tepatnya ketika di sahur terakhir bulan Ramadhan 1442 H, atau 12 Mei 2021. Aku kebagian tugas piket menunggu abang kandungku Mr. Fredd, yang masuk RSUD Cileungsi korban kecelakaan empat hari yang lalu sebelum tulisan ini kubuat.

Teringat berpuluh tahun silam, di Bandung saat itu nyaris sama, aku besuk kawan Islamku yang menjadi korban tabrak lari masuk IGD, berakhir diruang koma, instalasi perawatan pulihkan kesadaran pasien.

Dari pojok kanan, hingga sebelah bad kawanku, terbaring pasien koma dari yang baru kisaran 4hari hingga sudah lebih sebulan para pasien tersebut menjalani koma tak sadarkan diri. Jujur harus kukatakan, kumpulan meracau para pasien tersebut. Tergantung dari kebiasaan hidupnya sebelum masuk UGD berbagai kasus. 

Dari berbagai ocehan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa dia adalah para pemain akhir kepribadiannya, sekaligus berbagai hobby yg ketika dalam keadaan sadar tak mungkin terungkap, di bangsal itulah koor ramai ramai kesimpulan bisa terungkap siapa jatidirinya. 

Jujur dari tiap bad bangsal pemulihan kesadaran itu, berbagai karakter pasien terungkap sangat jelas apa dan siapa dia sebelumnya, ada yang meracau soal sexualitas bicaranya jorok dan vulgar, ada yang doktrin gaya militer, dan anehnya kawan Bandung, meracau seakan ia sedang mengajar ilmu agama.

Lantas apa yang terjadi dengan abang kandungku?

Jujur ia gelisah, selalu ingin pulang tak mau lama di rumah sakit, hampir setiap saat ia meracau seakan ia sedang sehat, minta ini, minta itu, perintah sana perintah sini, yakin kalau ia merasa sehat, padahal sakit.

Bisakah kita menyimpulkan siapa gerangan abangku ini sebelum sakitnya?, 

Sebuah renungan instropeksi..

Wallahu A'lam.

RSUD Cileungsi 12 Mei 2021 M / 30 Ramadhan 1442 H- 03:25