
Keterangan Gambar : Dirasah Syar’iyyah Syahrain, Peran Strategis Mubalighoh Membangun Keutuhan Keluarga, Sabtu, (1/11/2025) di Depok. (sumber foto : Siti Aisyah/pp)
DEPOK II Parahyangan Post- “Ketahanan keluarga mustahil dalam sistem sekuler kapitalis, mengapa?” tanya Mubalighah Kota Depok, Ustadzah Hj. Nurjanah Zeyn dalam Dirasah Syar’iyyah Syahrain, Peran Strategis Mubalighoh Membangun Keutuhan Keluarga, Sabtu, (1/11/2025) di Depok.
Menurutnya, ketahanan keluarga mustahil dalam sistem sekuler kapitalis karena semua dinilai dengan ukuran materi, hubungan manusia dengan Allah dijauhkan, Islam hanya dipahami sebatas ritual, keluarga dipersepsi sebagai hubungan transaksional dan anak menjadi korban (kenakalan, pergaulan bebas dan lain-lain).
“Apalagi kondisi keluarga kini, kekerasan dalam rumah tangga terus terjadi. Hingga 4 September 2025, tercatat 10.240 kasus KDRT yang dilaporkan se- Indonesia, menurut KPAI: Indonesia darurat filisida maternal dengan jumlah 60 kasus pembunuhan anak oleh orang tuanya sepanjang 2024,” jelasnya di hadapan 72 tokoh Muslimah Depok.
Ia pun melanjutkan, menurut UNICEF: 20,9% anak Indonesia fatherless (2021), BPS (2024):15,9 juta anak berpotensi tumbuh tanpa ayah (20,1% dari anak Indonesia), 4,4 juta tinggal tanpa ayah. 11,5 juta ayah bekerja >12 jam/hari, perceraian (Badilag) 2024: 446.359 kasus meningkat dari 2023 (408.347) ditambah pula kondisi ekonomi, ayah/ibu kerja keras, waktu untuk keluarga minim.
Ditambah pula menurutnya kondisi generasi makin mengkhawatirkan. “Gangguan psikologis muncul depresi, kecemasan, kesepian gangguan perilaku dan krisis identitas. Muncul pula masalah sosial seperti kenakalan remaja, sulit berinteraksi, ada juga gangguan akademik yang menjadikan motivasi rendah. Semua itu akan berdampak jangka panjang yakni generasi problematik dan rapuh mental sehingga masa depan bangsa suram,” bebernya.
Adapun upaya yang sudah ada tidak menyelesaikan masalah seperti berbagai program penguatan ketahanan keluarga, di antaranya BRUS (Bimbingan Remaja Usia Sekolah), BRUN (Bimbingan Remaja Usia Nikah), Bimwin (Pembinaan Perkawinan), nikah massal, pembinaan keluarga berbasis masjid (BP4 & BKM), Buku MUI: Penguatan Ketahanan Keluarga untuk Indonesia Emas 2045 dan Tepuk Sakinah.
Ia pun menegaskan, sumber kerapuhan keluarga saat ini karena penerapan sistem sekuler liberal dan ekonomi kapitalisme.
“Dampaknya, menjadikan keluarga materialisme, yakni nilai ketakwaan melemah, gadget dan gaya hidup materialistik, nilai keluarga terkikis sehingga timbul konflik dalam keluarga, pendidikan sekuler karena orang tua tidak punya bekal mendidik anak. Tak hanya itu, biaya hidup makin mahal, waktu tersita sehingga minim waktu bersama. Ditambah pula ketidakharmonisan keluarga makin tinggi,” pungkasnya.
(Kontributor : Siti Aisyah/PP)







LEAVE A REPLY