Home Opini FULL TRICKY CEASEFIRE

FULL TRICKY CEASEFIRE

269
0
SHARE
FULL TRICKY CEASEFIRE

Oleh: H. J. Faisal *) 

Mungkin ada banyak perbedaan analisa, antara analisa influencer Indonesia yang terkadang suka berbicara hanya berdasarkan internal subjektifitas dan tanpa data, dengan analisa para pengamat Timur Tengah, tentang pengumuman gencatan senjata pada tanggal 15 Januari 2025 kemarin, dimana gencatan senjatanya baru akan dimulai pada tanggal 19 Januari 2025, tepat sehari sebelum pelantikan Donald J. Trump menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-47. 

Menurut analisa para pengamat Timur Tengah yang saya ikuti di channel Al Jazeera dan beberapa channel berita lokal lainnya, gencatan senjata ini dinilai sangatlah  ‘tricky’ alias licik, dikarenakan pengadilan mahkamah kejahatan perang internasional  belum juga menangkap Netanyahu, yang telah menerima surat perintah penangkapan dari Mahkamah Internasional (ICC) tersebut untuk tuduhan pelanggaran perang dan kejahatan berat.

Artinya, meskipun Netanyahu telah diarahkan untuk ditangkap jika masuk ke wilayah negara-negara yang menjadi anggota ICC, namun beberapa negara seperti Amerika, Polandia, Jerman, dan Perancis telah memastikan bahwa Netanyahu akan aman jika masuk ke dalam wilayah negaranya.

Kedua, gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang akan berlaku pada 19 Januari 2025 nanti, sesungguhnya telah ‘disetting’ agar terjadi tepat sebelum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Trump mengklaim bahwa kesepakatan gencatan senjata ini adalah hasil dari kemenangannya dalam pemilihan presiden Amerika pada November 2024 lalu. 

Dengan kata lain Trump dan Amerika hanya ingin menunjukkan kekuasaannya sebagai negara adidaya, bahwa mereka masih bisa mengontrol dunia, termasuk mengontrol keadaan di Timur Tengah.

Selain itu, ada kolaborasi langka antara tim Presiden Joe Biden dan tim Trump dalam mencapai kesepakatan ini. Trump juga memperingatkan bahwa jika sandera tidak dibebaskan sebelum pelantikannya, akan ada konsekuensi serius di Timur Tengah.

Ketiga, serangan udara Israel yang menewaskan 78 warga Gaza justru terjadi setelah pengumuman gencatan senjata pada tanggal 16 Januari 2025. Serangan ini terjadi meskipun ada kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan oleh mediator internasional di Qatar.

Jadi, berdasarkan pengamatan para ahli analis Timur Tengah tersebut, gencatan senjata yang bersifat sangat tricky tersebut, sesungguhnya tidak akan membawa dampak signifikan bagi warga Gaza yang sudah menderita akibat serangan-serangan bombardir udara Israel yang sangat pengecut tersebut, karena dapat dipastikan, jika pemimpin perang Israel Netanyahu masih bebas, maka tidak tertutup kemungkinan, gencatan senjata ini akan kembali dilanggar oleh mereka nantinya. 

Dan semua ini, pastinya tidak ada hubungannya antara nilai uang uang yang telah para zionis dan sekutunya telah keluarkan selama pendanaan perang dan Genosida di Gaza, dengan nilai kerugian kebakaran di Malibu, Los Angeles kemarin, seperti hasil analisa para influencer lokal Indonesia tersebut.     

Di berbagai tempat dan kesempatan saya sering mengatakan, bahwa secara psikologis, Palestina adalah garda pertahanan terakhir umat Islam di dunia ini. Kemenangan Palestina melawan Yahudi Israel dan sekutunya, maka itu akan menjadi kemenangan Islam. Tetapi jika Palestina kalah dalam mempertahankan wilayahnya dan Masjid suci Aqsha, maka itu berarti kekalahan Islam secara keseluruhan pula. 

Kesimpulannya, bagaimana Allah Ta’alla akan memberi kemenangan kepada umat Islam di dunia saat ini, jika tidak ada persatuan di antara sesama umat Islamnya sendiri?

Umat Islam saat ini masih sibuk dengan urusan dirinya masing-masing. 

Di Sudan, masih perang saudara, antara Sudan Utara dengan Sudan Selatan. 

Mesir, Maroko, dan beberapa negara Islam di utara Afrika lainnya, tidak akan pernah berani untuk menghadapi Israel, karena ancaman dari Amerika. 

Turki, tetap masih berjuang keras melawan gempuran inflasi dari Amerika. 

Iran dan Yaman, masih tetap maju mundur dan berhati-hati dalam rencana mereka untuk menyerang Israel. 

Sedangkan Suriah, masih ‘kucek-kucek mata’ setelah baru bangun dari mimpi buruknya selama hampir 50 tahun terakhir ini.

Apalagi Indonesia, yang katanya negara dengan penduduk muslim terbesar di dunai….eeeh…maksudnya dunia, sampai detik ini masih bingung dengan hutangnya yang ‘segede gunung’, dan berbagai masalah ‘poor quality’ dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan yang terus ‘muter-muter’ seperti gulungan benang kusut….. tidak pernah ada solusinya….

Wallahu’allam bisshowab

Jakarta, 17 Januari 2025

*) Dosen Sekolah Pacasarjana Prodi MMPI UNIDA Bogor/ Director of Logos Institute for Education and Sociology Studies (LIESS) / Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Sekretaris Majelis Riset dan Digitalisasi PB Al Jam’iyatul Washliyah/ Anggota PJMI