JAKARTA - Parahyangan Post.com - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menggelar Workshop Keumatan selama dua hari pada Selasa-Rabu (13-14 Agustus 2024) di Gelora Media Center dan Hotel Pomelotel, Jakarta.
Workshop Keumatan ini dihadiri Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik, Ketua Bidang Keumatan DPN Partai Gelora Raihan Iskandar dan diikuti oleh para ketua bidang, fungsionaris Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora se-Indonesia.
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengatakan, Workshop Keumatan ini adalah workshop kedua yang digelar sebagai bentuk evaluasi terhadap hasil pencapaian Partai Gelora dalam Pemilu 2024 lalu.
"Workshop Keumatan ini adalah workshop kedua setelah Workshop Kaderisasi sebelumnya. Ini bagian dari evaluasi kita pasca peristiwa 14 Pebruari. Dan Insya Allah paling sedikit akan ada tiga unsur lagi, yaitu struktur, kepemudaan dan perempuan, selain melakukan roadshow," kata Anis Matta, Kamis (15/8/2024).
Menurut Anis Matta, Workshop Keumatan ini sengaja digelar untuk memberikan pemahaman kepada fungsionaris dan kader, bahwa perjuangan keumatan ke depan membutuhkan strategi, karena terkait peristiwa geopolitik.
"Sehingga diperlukan daya tahan, kesabaran dan strategi dalam memperjuangkan cita-cita umat. Peristiwa yang terjadi di Timur Tengah, Ukraina dan Bangladesh adalah fenomena peristiwa geopolitik. Peristiwa 98 di Indonesia juga terkait geopolitik," katanya.
Israel, kata Anis Matta, menyadari tidak bisa memenangi perang melawan Hamas, Palestina, sehingga mencoba memperlebar ekskalasi perang ke Lebanon dan Iran agar Amerika Serikat terlibat.
"Sekarang Ukraina menyerang Rusia itu juga ada kaitannya agar Amerika terlibat perang. Demikian juga soal penggulingan PM Bangladesh, juga terkait peristiwa geopolitik, adanya keterlibatan asing," katanya.
Karena itu, Anis Matta menyerukan agar dilakukannya upaya rekonsiliasi diantara elit-elit nasional agar Indonesia tidak menjadi medan tempur (battle ground) negara adidaya.
"Peristiwa polarisasi politik di Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pemilu 2019 adalah peristiwa geopolitik, tidak berdiri-sendiri. Indonesia mau dijadikan medan tempur, dan alhamdulillah hal itu tidak terjadi di Pilpres 2024," katanya.
Anis Matta menilai partai politik (parpol) Indonesia saat ini menghadapi tantangan dalam melahirkan pemimpin yang punya kapasitas untuk memimpin negara dan terima oleh rakyat.
"Sebab bisa kejadian, bahwa partainya menang cuma pemimpinnya tidak diterima, tidak pernah bisa punya calon presiden atau calon presidennya tidak diterima oleh rakyat," katanya.
Adapun tantangan dalam melahirkan pemimpin ada empat tantangan, yakni pertama masalah kaderisasi, kedua politik identitas, ketiga logistik dan keempat jaringan global.
"Dari 4 tantangan yang kita hadapi ke depan, saya ingin menggarisbawahi bahwa poin 1, 2 dan 3 menjadi tantangan kita sekarang. Sementara kalau poin 4, kita relatif punya jaringan global," katanya.
Ketua Umum Partai Gelora yang punya pemahaman geopolitik global ini berpandangan, bahwa jaringan global harus dimiliki para pemimpin Indonesia ke depan seperti Presiden terpilih Prabowo Subianto.
"Jaringan global ini akan berfungsi sebagai satu mekanisme perlindungan masa depan dan punya potensi untuk menjadi besar. Karena itu, dari awal kita harus punya jaringan global, karena tidak ada satu pemilu yang tidak diintervensi negara asing," katanya.
Menurut Anis Matta, parpol yang akan melahirkan para pemimpin yang punya kapasitas memimpin negara, membutuhkan manpower yang cakap dan cukup untuk membangun narasi besar bagi umat dan bangsa.
"Kita akan lebih butuh lagi manpower yang jauh lebih besar untuk mengeksekusi narasi narasi itu menjadi kenyataan di lapangan. Kita perlu konsistensi dan keteguhan dalam menjemput cita-cita," katanya.
"Partai Gelora akan terus membangun dengan kecakapan sumber daya manusia yang memadai. Dalam upaya dan usaha keras menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru dunia," pungkasnya.
(rd/pp)
LEAVE A REPLY