Nusantara
Pemerintah Baru Harus Fokus Pada Penanganan Sampah

Jakarta, Parahyangan-post.com – Saat ini ada
anggapan bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah berhasil mengatasi sampah,
namun yang menjadi masalah baru sebatas memindahkan saja. Hal tersebut mengemuka
pada acara diskusi yang digelar oleh Forum Jakarta Baru, Jumat (11/08) di
bilangan Jatinegara, Jakarta Timur.
Serial diskusi ke tiga Forum Jakarta Baru,
dengan tema ; Mengelola Sampah, Mengatasi Banjir menghadirkan narasumber ;
Bagong Suyoto aktivis dan penggiat yang selama ini fokus pada isu-isu
penanganan sampah di Provinsi DKI Jakarta, M. Sodik, praktisi sekaligus pelaku
pengelolaan sampah melalui Industri , jugasalah satu pimpinan perusahaan
pengolahan sampah dan Amir Hamszah praktisi dan pengemat kebijakan publik di
Provinsi DKI Jakarta.
Menurut Bagong Suyoto, bahwa saat ini
penanganan sampah sudah relatif bagus, namun
kesadaran masyarakat untuk membuang sampah secara benar masih rendah dan
kurang peduli. Sementara penanganan sampah yang dilakukan pemerintah baru
sebatas memindahkan saja, belum pada tingkat pengolahan yang menjadikan sampah
menjadi sumber daya yang bermanfaat, masih banyak kendalanya.
Lebih lanjut menurut pria yang akrab di
panggil Bagong, bahwa selama ini pengiriman sampah ke Bantar Gebang justru
semakin meningkat, ini menunjukann bahwa penanganan sampah di Provisi DKI
Jakarta belum berhasil, baru sebatas memindahkan saja.
“Harusnya di Provisi DKI Jakarta punya
pengolahan sampah sendiri, sehingga dari jumlah total sampah yang dihasilkan
oleh warga DKI Jakarta, hanya sekitar 20% saja yang dibuang ke Bantar Gebang
dengan catatan harus sudah terpilah dengan baik, dan selebihnya diolah, paling
tidak DKI harus punya tempat pengolahan sendiri,”jelas Bagong.
Point penting dari persoalan sampah lanjut Bagong, adalah
merubah paradigma dan gaya hidup, serta mengembalikan sampah menjadi sumber
daya yang berguna. Paradigma lama pengelolaan sampah; kumpulkan ,angkut dan
buang.
Dalam masterplan pengolahan sampah di Pemprov
DKI Jakarta sebenarnya ada target, semakin kecil prosentase pembuangan
sampahnya berarti semakin berhasil, pungkas Bagong.
Sementara itu, pembicaraq berikutnya Amir
Hamzah megatakan bahwa persoalan sampah di DKI Jakarta menjadi masalah yang
serius sejak era Gubernur Sutiyoso sekitar tahun 2008, keluar UU tentang
sampah, baru saat itu Pemprov DKI Jakarta berpikir, mencari lahan untuk
pembuangan/penampungan sampah di wilayah DKI Jakarta sulit, akhirnya kerjasama
dengan PT.Godang Jaya di Bantar Gebang, kontraknya sampai 20 tahun.
Pada tahun 2003, era Gubernur Ahok, mengorek
persoalan tersebut dan ingin mengelola sendiri, tapi justru nilainya lebih
mahal. Kedepan, lanjut Amir Hamzah
masalah persoalan sampah yang harus diutamakan adalah regulasinya.
“Persoalan yang akan ditemuai oleh pasangan
Anies – Sandi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi DKI Jakarta,
adalah maslah sampah,”jelas Amir Hamzah.
Untuk itu lanjutnya, Gubernur terpilih
nantinya harus segera melihat apa saja yang tidak dijalankan dalam pengelolaan
sampah, sementara hal tersebut merupakan syarat penting dalam pengelolaan
sampah.
Amir Hamzah juga menjelaskan bahwa pergub yang
mengatur dan menetukan tentang angkutan sampah, tapi sampai saat ini tidak ada,
artinya harus serius melihat kembali, apakah regulasi terkait pengelolan sampah
sudah terpenuhi atau belum.
“Pengelolaan maslah sampah akan berjalan
dengan baik jika melibatkan masyarakat, “tambah Amir Hamzah.
Disisi lain, M. Sodik lebih menyoroti
pengelolaan sampah dari sisi teknologi dan industrialisasi. Senada dengan
Bagong Suyoto, Sodik juga menegaskan bahwa di DKI Jakarta harus punya
industri yang mampu mengolah sampah
dalam jumlah cukup besar. Disamping itu menurut Sodik bahwa pengolahan sampah
harus dilakukan oleh pihak swasta.
“Sampah di Jakarta, lanjut Sodik dalam waktu
dua hari sekali besar dan tingginya bisa menyamai candi Borobudur, bisa
dibayangkan kalau ini tidak ditangani secara serius oleh pemerintah mendatang, sementara
regulasi terkait sampah itu sendiri sangat lemah,”jelas M.Sodik.
Dari berbagai kajian dan studi banding yang
telah dilakukannya, untuk industrialisasi sampah menurut Sodik, program Intermediate Treatment Facility (ITF)
yang paling memungkinkan untuk dilakukan di DKI Jakarta. Dan program ini lanjut pria yang selama ini
malang melintang dalam penanganan teknologi dan industri terkait sampah, sudah
banyak diterapkan di negara lain dengan keberhasilan yang cukup bagus.
(ratman/pp)

- Kota Depok Bertengger Di Posisi 5 Kejurda Kodrat Jabar 2016
- SKALA BENCANA PROVINSI, TANGGAP DARURAT HINGGA 20 DESEMBER 2016
- KONTRIBUSI GERAKAN IBU NEGERI (GIN) UNTUK AKSI DAMAI 212
- BNN Rangkul MUI BENDUNG KEJAHATAN NARKOTIKA
- Sinergi BNN-KPU, Filter Pemimpin Bersih Dari Narkotika
